Friday, December 26, 2008

Hilang arah

Seraya berkata manis pada relung

yang bertautan dengan jiwa

Sang Terkasih.


Aku hilang arah untuk menuju surga-Mu

Tak seperti waktu api itu belum berkilat-kilat

di ambang penuh pesona.

Belum ada jeritan, rintihan, isakan.

Lalu apa lagi sekarang?


Pemandangan satir?

Laboratorium cinta?

Atau musuh setia?


Ah, kapan badai akan tenang?

Mungkin hanya saat nama aku dan ayah,

diukir dalam batu indah di atas kepalaku.


25 Desember 2008 (2:40 am)

No comments: